Makassar, -
Jusuf Kalla adalah salah satu wajah lama yang ikut dalam kontestasi
pemilihan presiden 2014. Sudah 3 kali pemilu ia ikut sejak tahun 2004.
Tahun
2004 adalah pemilu pertama yang diikuti JK berpasangan dengan SBY
sebagai calon wakil presiden. Mereka menang dan menjabat selama 5 tahun.
Di
tengah jalan, ia pecah kongsi dengan SBY hingga di tahun 2009 ia maju
sebagai capres berpasangan dengan Wiranto. Di pemilu ini, JK harus
berhadapan dengan SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo. Namun, di pemilu
2009, SBY-lah yang dinyatakan sebagai pemenang dan dilantik kembali
sebagai presiden.
Dan kini, di tahun 2014, ia kembali maju sebaga
wakil presiden berpasangan dengan Joko Widodo. Mereka bersama melawan
satu-satunya kandidat capres-cawapres Prabowo- Hatta Rajasa.
3
kali mengikuti pemilu, ketua PMI ini merasakan betul perbedaan mesin
penggerak di setiap perhelatan pemilu. Ia ada pergeseran yang signifikan
dari pemilu 2004, 2009 hingga ke 2014.
"2004 inti kampanye ada
di rapat umum dan iklan. Kita sampai capek karena selalu rapat umum,"
kata JK dalam obrolan santainya dengan wartawan di kediamannya di Jalan
Haji Bau, Makassar, Selasa (8/7/2014).
Saat 2009, rapat umum
dengan koalisi partai mulai berkurang. Saat itu masa kampanye banyak
dilakukan di media massa dan iklan di media cetak atau elektronik
"2014 berubah. Rapat umum hanya 5 hingga 6 kali. Hampir tidak ada
rapat umum.Lebih banyak dialog, sorotan media juga luar biasa dan
kekuatan media sosial (twitter, facebook)," ucapnya.
Porsi debat
terbuka capres dan cawapres juga dinilainya turut punya andil besar
sehingga hanya sedikit intensitas iklan kandidat capres-cawapres yang
muncul di media.
Ia mengerti betul bahwa pertarungannya dengan
Jokowi di awal masa kampanye habis untuk mengklarifikasi isu negatif
yang ditujukan pada Jokowi. Isu negatif inilah salah satu faktor
elektabilitas pasangan nomor urut 2 ini menurun.
"Awalnya Jokowi
tinggi, ternyata yg pertama bikin black campaign. Saya tidak menuduh,
tapi ada yang bikin black campaign. Akhirnya minggu pertama sibuk
klarifikasi black campaign dan kubu sana sibuk menangkis negatif
campaign," ujarnya yang saat itu sedang duduk santai di kursi di halaman
depan rumahnya.
Akibatnya, baik Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta
sama-sama lebih sibuk mengklarifikasi isu yang ditujukan pada mereka.
Tak banyak yang memaparkan program atau visi-misi di depan masyarakat.
"Awalnya
berat, makanya sempat ada penurunan suara. Tapi perlahan hilang dengan
kita berkampanye jadi naik pelan-pelan. Yang hebatnya karena di last
minute kampanye tiba-tiba jadi tren," sambungnya.
Menurutnya,
konser Slama 2 Jari di GBK di hari terakhir kampanye menjadi pembuktian
Jokowi-JK diterima seluruh kalangan. Tak hanya kalangan menengah ke
bawah namun anak muda serta kaum intelektual juga.
"Akibatnya setelah itu anak muda merasa malu kalau tidak Jokowi- JK. Dan itu tidak ada yang atur," ucapnya.
Sumber : detiknews
0 komentar:
Posting Komentar